Film 'Soegija' adalah film yang membawa misi Katolik. Di dalamnya terdapat propaganda sekaligus upaya Katolik untuk menunjukkan eksistensi dirinya yang selama ini kalah oleh agresifnya Kristen Protestan.
"Film ini bentuk propaganda Katolik akan peranan uskup atau romo, sekaligus upaya menunjukkan jati diri mereka", kata mantan missionaris Bernard Abdul Jabbar kepada Suara Islam Online, Jumat (8/6/2012).
Katolik, menurut Bernard, dibandingkan Kristen selama ini memang kalah dalam menyebar agamanya. Karena itu menurutnya tidak benar jika film ini tidak bernuansa penyebaran ajaran Katolik.
Umat Islam, lanjut Bernard, tetap harus mewaspadai dampak ditayangkannya film ini. "Terhadap orang kafir seperti mereka kita tetap wajib untuk waspada dan berprasangka buruk (suuzhan)", katanya.
Sebelumnya, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan bahwa film ‘Soegija’ yang mengangkat sosok Uskup Soegijopranoto, bukan media Kristenisasi. Penegasan Sultan HB X itu menyikapi tudingan sejumlah pihak yang menuding film Soegijo sebagai media kristenisasi.
Film yang distradarai Garin Nugroho ini melibatkan 2.275 pemain untuk berlakon dengan menelan biaya Rp12 miliar. Film Soegija telah diputar secara serentak pada Kamis malam (7/6/2012). Dari informasi di lapangan, dikabarkan sejumlah bioskop dipenuhi oleh penonton.
Berdasarkan catatan di Wikipedia, Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ adalah seorang uskup yang lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 25 November 1896. Ia meninggal di Steyl, Venlo, Belanda, 22 Juli 1963 pada umur 66 tahun. Sugiyopranoto adalah Vikaris Apostolik Semarang, yang kemudian menjadi Uskup Agung Semarang. Ia juga merupakan Uskup pribumi Indonesia pertama. Karena ia telah dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI no 152 tahun 1963 tertanggal 26 Juli 1963, jasadnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Giritunggal, Semarang.
Nama kecilnya adalah Soegija. Soegija lahir di sebuah keluarga Kejawen yang merupakan abdi dalem keraton Kasunanan Surakarta.
"Film ini bentuk propaganda Katolik akan peranan uskup atau romo, sekaligus upaya menunjukkan jati diri mereka", kata mantan missionaris Bernard Abdul Jabbar kepada Suara Islam Online, Jumat (8/6/2012).
Katolik, menurut Bernard, dibandingkan Kristen selama ini memang kalah dalam menyebar agamanya. Karena itu menurutnya tidak benar jika film ini tidak bernuansa penyebaran ajaran Katolik.
Umat Islam, lanjut Bernard, tetap harus mewaspadai dampak ditayangkannya film ini. "Terhadap orang kafir seperti mereka kita tetap wajib untuk waspada dan berprasangka buruk (suuzhan)", katanya.
Sebelumnya, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan bahwa film ‘Soegija’ yang mengangkat sosok Uskup Soegijopranoto, bukan media Kristenisasi. Penegasan Sultan HB X itu menyikapi tudingan sejumlah pihak yang menuding film Soegijo sebagai media kristenisasi.
Film yang distradarai Garin Nugroho ini melibatkan 2.275 pemain untuk berlakon dengan menelan biaya Rp12 miliar. Film Soegija telah diputar secara serentak pada Kamis malam (7/6/2012). Dari informasi di lapangan, dikabarkan sejumlah bioskop dipenuhi oleh penonton.
Berdasarkan catatan di Wikipedia, Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ adalah seorang uskup yang lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 25 November 1896. Ia meninggal di Steyl, Venlo, Belanda, 22 Juli 1963 pada umur 66 tahun. Sugiyopranoto adalah Vikaris Apostolik Semarang, yang kemudian menjadi Uskup Agung Semarang. Ia juga merupakan Uskup pribumi Indonesia pertama. Karena ia telah dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI no 152 tahun 1963 tertanggal 26 Juli 1963, jasadnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Giritunggal, Semarang.
Nama kecilnya adalah Soegija. Soegija lahir di sebuah keluarga Kejawen yang merupakan abdi dalem keraton Kasunanan Surakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar